Senin, 24 Januari 2011

Lomba Logo Asean 2011

LOGO ASEAN 2011
Kriteria Lomba Logo

1. Logo Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2011 mengandung unsur-unsur Peran Indonesia dalam ASEAN, Komunitas ASEAN 2015, dan manfaat ASEAN pada masyarakat.
2. Ide asli, belum pernah dipublikasikan dan diikutsertakan dalam lomba yang lain 3. Logo harus mengandung lambang ASEAN. Lambang ASEAN yang digunakan harus sesuai dengan yang asli (dapat dilihat di www.aseansec.org/7095.htm)
4. Desain berwarna.
5. Logo dilengkapi dengan penjelasan dan makna logo.

Persyaratan Lomba

1. Terbuka untuk WNI, tidak dipungut biaya, melampirkan identitas diri/ fotocopy KTP dan nomor telepon/e-mail yang dapat dihubungi
2. Desain logo dikirim dalam bentuk soft copy (Corel Draw atau Adobe Illustrator) ke: lombalogo.djksa@gmail.com dan hard copy dicetak di kertas foto glossy A4 dikirim dalam amplop tertutup dengan tulisan LOGO ASEAN 2011 paling lambat tgl 25 September 2010 (cap pos) kepada:


Panitia Lomba Logo Keketuaan Indonesia di ASEAN Tahun 2011

Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, Lantai 9
Kementerian Luar Negeri RI
Jl. Taman Pejambon no. 6
Jakarta Pusat

Satu Pemenang akan mendapatkan penghargaan dan hadiah menarik lainnya yang diumumkan pada website Kemlu (www.deplu.go.id) bulan Oktober 2010.
Keputusan dewan juri adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Hak cipta semua desain yang masuk sepenuhnya menjadi milik Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN.

sumber: http://www.dapunta.com/lomba-logo-asean-2011.html

Selasa, 11 Januari 2011

Metodologi Studi Islam

Metodologi studi Islam terdiri atas berbagai pendekatan penelitian atau research. Berbagai dimensi Islam dalam problematika kehidupan manusia dikaji secara objektif dan sistematis. Mengumpulkan informasi dan menemukan prinsip-prinsip umum demi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang Islam.

Salah satu pendekatannya disebut dengan Studi Islam Kawasan. Perkembangan pendekatan ini membahas tentang kawasan Asia Tenggara, Cina, dan Afrika Timur. Negara-negara yang dikaji terpilih dari perwakilan benua Asia dan Afrika.

Perkembangan Islam dalam satu kawasan diteliti dari berbagai segi. Tepatnya lebih pada satu negara yang memiliki perkembangan Islam dalam masyarakatnya. Baik dari segi sejarah masuknya Islam, pendekatan dan strategi penyebaran Islam lokal, akulturasi budaya dengan tradisi setempat, peran politik Islam, dan fungsi Islam dalam masyarakat.

Kawasan Afrika Timur. Meliputi negara Sudan, Ethiopia, dan Somalia, khususnya Sudan Timur yang telah modern yang sebelumnya memisahkan diri dari Sudan Tengah. Perkembangan Islam di Sunda dilakukan secara kultural dan struktural. Banyak dilakukan oleh orang suci atau faqis yang berasal dari Arab dan Mesir.

Kawasan Asia Tenggara. Dimaksudkan pada wilayah Islam di negara Indonesia, Mindanau atau Filipina Selatan, Pattani di Thailand, Semenanjung dan Kalimantan Utara atau wilayah Malaysia. Strategi dakwah Islam di Asia Tenggara menggunakan tiga cara.

Jalur damai perdagangan. Misi dakwah para dai Islam dari Arab dan India. Dan melalui kekuasaan setelah berdiri kerajaan atau negara.

Kawasan Cina. Selama 4.000 tahun lebih peradaban tua Cina telah berlangsung. T’ai Tsung naik tahta tahun 626, Nabi Muhammad baru melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah. Persatuan Cina oleh T’ai Tsung (638 M), Nabi Muhammad baru meletakkan pondasi dan dasar negara Islam.

Dinasti Yuan (1260-1363) sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam. Hubungan lebih harmonis ketika masa Dinasti Ming (1368-1644) dan terjadi ibadah haji pertama Muslim Cina dalam jumlah banyak.

Terjadi proses penerjemahan dari kitab-kitab Arab ke bahasa Cina. Proses meredup dan dinginnya Islam Cina terjadi ketika penduduk Muslim Cina melakukan pemberontakan dan ditumpas dengan kejam oleh pemerintah yang berkuasa pada abad 19.

Metodologi studi Islam mengkaji pula kawasan-kawasan kontemporer. Artinya perkembangan umat Islam di berbagai negara zaman sekarang. Kajian yang telah dilakukan meliputi Islam kawasan Amerika Serikat, Islam di Cina pasca revolusi kebudayaan, dan Islam di Asia Tenggara.

Khusus Islam di Asia Tenggara, dikategorikan pada: Umat Islam mayoritas, seperti di Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia. Umat Islam minoritas, seperti di Filipina, Thailand, dan Singapura. Contoh eksistensi minoritas Muslim adalah pemberlakuan pengadilan agama khusus perkara kekeluargaan.

Kebaikan Islam Lintas Kawasan

Salah satu tujuan dari pengembangan metodologi studi Islam adalah pembuktian secara normatif ilmiah terhadap ajaran-ajaran Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, atau kebaikan bagi semesta alam. Upaya ini dilakukan untuk meminimalisir pencitraan negatif yang menyudutkan Islam di masyarakat dunia.

Beberapa argumentasi awal untuk membuktikan perkembangan positif perkembangan Islam di suatu kawasan, yaitu:

Pertama. Islam sebagai agama perdamaian. Bentuk pernyataan keesaan kepada Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa harus disertai dengan kemaslahatan persaudaraan umat manusia.

Kedua. Islam menjalankan peran dalam menghadapi problematika hidup manusia. Mencakup masalah keagamaan, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, hukum, budaya. Ajaran Islam tidak sebatas keyakinan un sich kepada Tuhan. Tetapi mencakup semua sistem kehidupan bermasyarakat dengan multidimensinya.

Ketiga. Peran sosial Islam dalam menghadapi perbedaan kasta dan strata sosial, termasuk perbedaan gender, warna kulit, suku bangsa, bahasa, dan agama. Semua manusia adalah sama di hadapan Tuhan, hanya tingkat ketaqwaan dan prestasi usahanya di dunia yang membedakannya menurut Tuhan.

Ajaran Islam harus dibuktikan secara komprehensif sebagai agama yang mengutamakan kesetaraan antar manusia sesuai dengan potensi dan fungsi masing-masing. Bersifat egaliter dalam masyarakat sebagai makhluk dan hamba Allah SWT.

Keempat. Peran politik dan hukum Islam menekankan pada keadilan, kebijaksanaan, dan menegaskan supremasi hukum. Setiap pemimpin dalam ajaran Islam harus memberikan ketentraman dan keamanan, serta selalu mengutamakan kepentingan orang banyak.

Kelima. Pendidikan Islam memberikan ruang bebas dalam pemenuhan hak-hak manusia dalam mendapatkan pendidikan. Pemerataan pendidikan termasuk misi Islam, malah mempelajari ilmu adalah kewajiban sampai tutup usia.

Keenam. Ekonomi Islam memerangi praktek riba yang merugikan dan membuat seseorang terjerat dengan lipatan bunga. Menganjurkan kejujuran demi kebaikan dan keadilan manusia. Menolak praktek kecurangan timbangan, penipuan jual beli, monopoli komoditas ekonomi, dan kapitalisme yang menghalalkan segala cara.

Kekayaan materi merupakan sarana berbuat baik dan memajukan manusia lain. Persaingan tidak sehat membuat rakyat lemah semakin miskin. Ajaran Islam menganjurkan pemanfaatan optimal harta untuk kebaikan dunia dan akhirat. Bukan malah menjadi budak dari harta.

www.anneahira.com

Minggu, 02 Januari 2011

al-Qur`an Untuk Microsoft Word 2007

dalam pembuatan makalah di kuliah, khususnya yang kuliah di perguruan tinggi Islam, tentunya tidak ketinggalan tugas makalahnya harus ada ayat- ayat al-Qur`an. Dalam peulisan ayat al-Qur`an kita tidak perlu lagi mengetik satu persatu ayat al-Qur`an. karena sudah ada software yang telah dimasukkan seluruh ayat al-Qur`an.



Jika anda menggunakan Microsoft Office Word 2007 maka gunakanlah Al-Qur'an In Word 1.3, dan jika anda belum punya softwarenya segera download disini.

Sabtu, 01 Januari 2011

Surya Paloh

Chairman Media Grup, yang antara lain menaungi koran Media Indonesia dan MetroTV, ini juga aktif dalam dunia politik. Mantan Ketua Dewan Penasehat Golkar (2004-2009) itu mendirikan dan memimpin organisasi masyarakat, Nasional Demokrat. Ormas itu dideklarasi, Senin 1 Februari 2010 di Gedung Istora Senayan, Jakarta. Dia berkehendak kuat meujudkan restorasi nasional.

Tekad restorasi nasional itu telah pernah dikumandangkannya tatkala dia mengikuti proses Calon Presiden melalui Konvensi Partai Golkar tahun 2004. Putera bangsa kelahiran Kutaraja (Banda Aceh) tanggal 16 Juli 1951, yang juga politisi dan pengusaha sukses, ini berkehendak membawa perubahan baru di republik ini. Restorasi nasional ingin diwujudkannya.

Menurutnya, salah satu kata kunci agar berhasil merestorasi masa depan bangsa secara menyeluruh ke arah yang lebih baik adalah harus memiliki otoritas penuh dan didukung rakyat. Otoritas tertinggi itu ada di tangan seorang presiden sebagai pemimpin nasional. Sebab, menurutnya, maju atau mundurnya sebuah bangsa lebih 50 persen disumbangkan oleh faktor kepemimpinan seorang pimpinan nasional (presiden).

Sejak masa belia, terbilang usia belasan tahun, impian kehidupan berpolitik yang demokratis dan obsesi berbisnis untuk menyejahterakan rakyat, sudah sering disuarakannya. Dia ingin melakukan perubahan menuju kehidupan adil-makmur dan sejahtera bangsanya. Era reformasi memberinya jalan lapang untuk memperjuangkan sekaligus membuktikan kehendak dan ide-ide briliannya itu. Gagasan dan ide yang seringkali diungkapkan dalam editorial Media Indonesia yang dipimpinnya namun selalu menghadapi tembok tak tertembus. Kini, dia ingin mewujudkannya. Dia ingin bangsa ini berubah: Adil-makmur dan sejahtera!

“Kita butuh perubahan besar bagi bangsa ini,” katanya mantap kepada TokohIndonesiaDotCom, memberi alasan pencalonannya sebagai presiden. “Saya berkeyakinan pada diri saya, dengan karunia Tuhan, dan apa yang telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa, kesempatan lahir, besar dan berinteraksi di tengah-tengah bangsa ini, untuk menjadi salah satu figur alternatif pemimpin bangsa masa depan,” katanya dalam bagian awal pembicaraan.

Kemandirian dan kepemimpinan sesungguhnya terasah pada dirinya sejak remaja. Saat masih dalam usia belia sekali, 14 tahun, dia sudah memulai bisnis leveransir, di sebuah kota kecil Serbelawan tahun 1965. Bersamaan dengan aktivitas bisnis itu, dia pun sudah mampu tampil sebagai pemimpin dan penggerak massa, dalam kapasitas sebagai Ketua Umum Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) sub rayon Serbelawan, Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

KAPPI di daerah itu dia dirikan bersama teman-temannya untuk melawan pengaruh Partai Komunis Indonesia dan antek-anteknya, yang memberontak kepada negara melalui Gerakan 30 September/PKI. Peta pergolakan politik dan kekuasaan antara Jakarta dan Serbelawan, sama dalam pengamatan Surya Paloh yang rajin mengikuti pemberitaan lewat suratkabar dan radio, terutama gaung pidato Bung Karno yang sangat dia idolakan.

Bermodalkan semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan kekaguman akan proklamator Bung Karno yang sejak lama sudah ditanamkan ayahnya Daud Paloh, seorang perwira polisi, ditambah kemampuan orator ulung dan luasnya persahabatan serta kemampuan finansial sebagai leveransir ikan asin ke perkebunan, membuat anak muda itu makin leluasa menggerakkan organisasi KAPPI di Serbelawan, Simalungun. Jadi, ikhtiar sebagai politisi sekaligus pengusaha sukses sudah dijalankannya sejak awal.

Memasuki saat-saat menjelang pensiun untuk hanya menikmati hari tua bersama istri dan anak, obsesi yang pernah bergema pada usia 14 tahun itu kembali membatin dalam perasaannya. Obsesi itu semakin hari semakin keras. Apakah dia harus berhenti untuk melakukan sesuatu yang lebih optimal? Atau apakah dia harus menyerah untuk menyatakan selamat tinggal kepada perjuangan, yang bukan terbatas kepada diri dan keluarganya?

Akhirnya, pada suatu hari dia mengambil kesimpulan: “Saya tidak boleh menyerah. Saya tidak boleh mengatakan bahwa saya telah melakukan semua apa yang seharusnya saya lakukan. Masih ada satu misi besar lagi di depan. Kalau memang kesempatan ada, atau kalau memang kesempatan itu juga kita buat supaya ada, kita harus bisa melakukan sesuatu yang lebih besar memimpin bangsa ini, atas kepercayaan rakyat bangsa ini,” ujarnya. Semangat berapi-apinya kembali mencuat, sama seperti ketika masih muda dulu memimpin ratusan massa pemuda pelajar menurunkan papan nama KBKB, sebuah ormas underbouw PKI di Serbelawan.

Semangat itu semakin mengkristal untuk bisa membawa perubahan besar bagi negeri ini. Sebab, kendati sudah belasan tahun sebagai publisher menyuarakan semangat perubahan dalam setiap editorial dan pemberitaan di setiap media yang didirikan dan dipimpinnya, perubahan yang diimpikannya tak kunjung datang. Kini, tokoh pers ini ingin menjemputnya, jika dia dipercaya memimpin bangsa ini.

Tokoh Pers
Kini, Surya Paloh sudah hampir memasuki akhir dekade kedua sebagai publisher. Predikat publisher mulai dia torehkan saat pertama kali menerbitkan Harian Prioritas pada 2 Mei 1986, bermarkas di Jalan Gondangdia, Jakarta Pusat. Koran ini menjadi legenda bagi banyak orang, apalagi bagi pribadi seorang Surya. Bukan hanya karena koran ini harus mati pada usia 13 bulan, melainkan lebih karena kematian itu hanya tiba akibat arogansi kekuasaan yang mendompleng pada Permenpen Nomor 1/Per/Menpen/1984 khususnya Pasal 33 butir “h”. Prioritas harus dibredel tepatnya pada tanggal 29 Juni 1987.

Pengambil keputusan ketika itu lupa, bahwa di usia yang sudah 36 tahun, sesungguhnya Surya Paloh sudah semakin matang sebagai politisi dan pengusaha. Makanya Surya pasti tidak akan menyerah, malah akan memberikan perjuangan balik berlipat kali ganda. Padahal ketika itu, Surya sudah berada dalam lingkaran pusat kekuasaan lewat pertemanannya dengan putra-putri dan menantu Pak Harto, pemimpin besar ketika itu.

Karena itu momentum pembredelan justru menjadi titik tonggak perjuangan Surya Paloh untuk mewujudkan hakiki sebuah pers yang bebas merdeka. Sebab, menurutnya, mustahil kehidupan berbangsa bisa demokratis jika tidak ada kebebasan pers. Perjuangan strategis kebebasan pers dimaksudkannya pula sebagai perjuangan untuk menegakkan demokrasi di sebuah bangsa besar bernama Indonesia.

Ketika itu, sayang dia harus melangkah sendirian. Lebih parah lagi, baginya, pintu untuk memperoleh surat izin usaha penerbitan pers (SIUPP) pun mustahil. Selembar surat untuk menerbitkan media baru sebagai alat untuk memperjuangkan kebebasan pers dan menegakkan demokrasi, sudah tertutup rapat baginya.

Kebesaran Surya sebagai anak rantau ibarat hanya menjadi seorang lone ranger yang berjalan sendirian dalam kegelapan rimba arogansi penguasa yang mengekang kebebasan pers. Praktis hanya sedikit insan pers nasional yang mensupportnya. Menunjukkan rasa simpati saja, apalagi empati terhadap perjuangannya, sangat terbatas. Apakah Surya Paloh dianggap bukan orang pers?

Ketika dia berteriak lantang memperjuangkan kemerdekaan pers dengan mengajukan judicial review ke Mahkamah Agung R.I atas keputusan pemerintah mencabut SIUPP Prioritas, dia tetap seorang diri. “Saya dianggap bukan orang pers,” katanya pada suatu ketika.

Karena itu, “Arogansi kekuasaan ini harus dilawan,” gumamnya lagi. “Demokrasi harus ditegakkan,” tegasnya. “Pers nasional harus bebas dari belenggu kematian,” tekadnya membara. Permenpen Nomor 01/Per/Menpen/1984 khususnya Pasal 33 butir “h” harus dicabut. Sebab Surya sangat yakin, seyakin yakinnya, bahwa mustahil dapat menumbuhkan demokrasi tanpa kebebasan pers.

Maklum, ketika itu pers sangat tidak bebas sebab hampir tidak terlihat satupun perlawanan yang bisa diberikan masyarakat pers terhadap pemerintah. Pers nasional adalah pers yang manggut-manggut kepada kepentingan penguasa. Surya menyebutkan, kebijakan institusi pers, dari SPS, Dewan Pers, hingga PWI semuanya berada dalam satu irama dengan penguasa tanpa pernah memperjuangkan fungsi pers yang sesungguhnya sebagai kekuasaaan negara keempat di bidang demokrasi, atau the fourth estate of democracy. “Saya ternyata berada dalam komunitas pers yang sebagian besar telah menjadi instrumen kekuasaan dan patuh pada penguasa,” gugatnya kemudian.

Ketika di kemudian hari Surya Paloh berhasil menyiasati gelapnya arogansi kekuasaan dengan mengambil-alih koran Media Indonesia secara sembunyi-sembunyi di “bawah tangan”, dia masih tetap dianggap sebagai orang pers pinggiran. Padahal di tangannya Media Indonesia sudah tampil sebagai koran pagi terbesar kedua.

Kendati hingga titik itu dia masih saja dianggap bukan “orang pers,” sejak tahun 1989 muncul gagasan segarnya membangun sebuah community newspaper. Sebuah komunitas koran di daerah-daerah coba dilahirkannya supaya melek terhadap demokrasi dan hidup dalam kebebasan pers untuk membawa negara ini tiba pada sebuah perubahan yang lebih baik.

Surya lalu membentuk perusahaan PT Surya Persindo, bertugas melakukan kerjasama kepemilikan saham dan pengelolaan media terhadap sepuluh suratkabar daerah dan sebuah mingguan, ditambah sebuah tabloid berita Detik di Jakarta.

Ke-10 media tersebut adalah Harian Atjeh Post dan Mingguan Peristiwa di Banda Aceh, Harian Mimbar Umum di Medan, Harian Sumatra Ekspres di Palembang, Harian Lampung Pos di Bandar Lampung, Harian Gala di Bandung, Harian Yoga Pos di Yogyakarta, Harian Nusa Tenggara dan Bali News di Denpasar, Harian Dinamika Berita di Banjarmasin, serta Harian Cahaya Siang di Menado.

Kebebasan pers yang Surya perjuangkan lewat semua instrumen yang dimiliki tetap dianggap hanya angin lalu. Semua suara itu baru memperoleh pembenaran di era reformasi. Pers akhirnya memperoleh kebebasannya yang hilang. Permenpen Nomor 1/Per/Menpen/1984 dicabut oleh Menpen Yunus Yosfiah di tahun 1998.

Lewat kebebasan baru itu, idealisme Surya Paloh menjadi memuncak untuk memberi penguatan baru kepada demokrasi melalui peran media yang dimiliki. Keinginannya untuk benar-benar memperoleh pengakuan sebagai publisher sejati tak lagi terbendung tatkala pada 18 November 2000, dia berhasil mengundang Presiden RI Abdurrahman Wahid untuk meresmikan pendirian Metro TV sebagai sebuah stasiun televisi berita pertama di Indonesia. Lambang kepala burung rajawali putih mulai muncul pada dua entitas media yang berpengaruh miliknya: koran Media Indonesia dan stasiun televisi Metro TV.

Seminggu kemudian tepatnya pada 25 November 2000 Metro TV mulai on air pertama kali, menyajikan siaran berita selama 18 jam setiap hari dengan dukungan teknologi yang fully digital. Ini adalah sebuah pencapaian yang luar biasa. Baik dari sisi pilihan teknologi maupun konten siaran yang sepenuhnya berita. Kemudian, persis tanggal 1 April 2001 Metro TV siaran non stop selama 24 jam setiap hari. Kehadiran Metro TV menjadi sebuah terobosan terbesar dalam dunia pertelevisian nasional.

Eksistensi Surya Paloh sebagai peublisher terkemuka, sebagai tokoh pers yang selalu menyuarakan suara masa depan tak lagi diragukan. Termasuk oleh mereka para insan pers yang sebelumnya lebih mau mengakui dia sebagai pengusaha ketimbang insan pers.Ch. Robin Simanullang, Majalah Tokoh Indonesia Edisi 10

*** TokohIndonesia.Com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)