Rabu, 22 Desember 2010

Petaka Kucing


Di kampung Khaif punya satu kepercayaan, bahwa jika seseorang menabrak kucing dengan kendaraannya lalu kucing itu mati, maka pengendara itu wajib menaburkan garam di atas tubuh kucing mati itu. Jika hal itu tidak dilakukan maka tunggu saja, ia akan mengalami kecelakaan mengerikan dengan kendaraan yang ia pakai menabrak kucing tersebut.

Musaddiq  adalah seorang pemuda kampung Khaif. Sejak kecil ia sudah mendengar dari cerita orangtuanya sendiri dan dari petua-petua kampung. Dan memang semua penduduk di kampung Khaif percaya akan hal itu. Pernah suatu ketika Musaddiq memikirkan akan kemustahilan petaka kucing tersebut. Karena menurut pikirannya itu tidaklah logis.

Pernah Musaddiq membantah hal ini suatu ketika. Namun ia dimaki-maki  dan ditakut-takuti oleh petua kampung. “Hei anak muda, ini sudah wasiat orang-orang kita terdahulu. Sudah turun-temurun dari nenek moyang kita mempercayai ini. Bisa kualat kau nanti bila tidak mempercayai ini,” ujar seorang petua kampung dengan sangat murka kepadanya.

Musaddiq terkejut  dan takut mendengar hal itu. Ketidakpercayaan sebelumnya hilang kembali. Dan ia mempercayai kembali kepercayaannya yang sempat pupus.

Suatu pagi Musaddiq pergi ke sekolah. Ia mengendarai sepeda motor yang dibelikan  ayah untuknya. Ketika sedang mengendarai sepeda motor di jalan raya, tiba-tiba seekor kucing melintas tepat di depan Musaddiq. Tanpa sempat merubah arah laju sepeda motornya, kucing itu ditabrak Musaddiq. Kucing itu mati. Kemudian Musaddiq berhenti. Ia hendak mengubur dan menaburkan garam pada kucing tersebut. Namun dari kejauhan tampak seorang lelaki yang berbadan kekar sambil berteriak dengan mengacungkan sebilah parang di tangannya. Tampaknya lelaki itu pemilik kucing yang mati ditabarak Musaddiq. Karena ia tak ingin dibunuh lelaki itu, maka ia kembali menancap gas sepeda motornya.

Musaddiq tetap saja gundah dan takut. Karena kucing yang ia tabrak belum ia taburkan garam. Teringat akan kepercayaan kampungnya. Sepeda motor terus ia jalankan, namun pikirannya masih pada kucing tadi. Pikirannya gundah gelisah. Mitos kucing itu masih dalam bayang-bayangnya.Tiba-tiba tanpa ia sadari sepeda motor melaju ke dalam selokan. Musaddiq dilarikan ke rumah sakit. Dari hasil pemeriksaan dokter, Musaddiq tidak mengalami luka serius. Namun ia belum sadar. Kenapa? Ternyata Musaddiq juga mengalami gangguan jantung akibat panik yang berlebihan.

Dari hasil investigasi polisi di TKP dan keterangan beberapa saksi, Musaddiq mengendarai sepeda motor dalam keadaan pikiran melayang dan tidak terkontrol. Jadi, dokter dan polisi berkesimpulan bahwa insiden Musaddiq terjadi karena ia lalai, sebab ia mengalami gangguan jantung. Jadi, bukan karena kucing. 

Telah dimuat di Harian Aceh rubrik Cang Panah 20 Desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar